Kamis, 25 Agustus 2011

** Ritual Upacara Sakral Orang Baduy

Ritual Upacara Sakral Masyarakat Baduy

Oleh: K. Muhamad Hakiki

Ada tiga jenis ritual penting atau upacara yang biasa masyarakat Baduy lakukan setiap tahun. Ritual ini biasanya dilakukan oleh orang Baduy pasca panen usai. Bagi masyarakat Baduy, keberadaan ketiga ritual ini adalah merupakan salah satu kewajiban mutlak yang tidak boleh dilupakan apalagi ditinggalkan. Sebab menurutnya, perayaan ini merupakan peninggalan para leluhur tetua (kokolot) yang harus dilaksanakan secara turun temurun sampai kapan pun. Dilihat dari sejarahnya, ketiga tradisi upacara ini menurut kepercayaan masyarakat Baduy sudah berlangsung selama ratusan tahun yang lampau.

Ngawalu 

Di antara upacara keagamaan masyarakat Baduy yang bernilai sakral adalah Ngawalu. Tradisi upacara ini dikenal sebagai salah satu jenis upacara yang biasa di lakukan dalam rangka memperingati hasil panen atau dalam bahasa mereka “kembalinya” padi dari huma (ladang) ke Leit (lumbung). Upacara ini biasanya dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, masing-masing sekali dalam tiap-tiap bulan kawalu. Dilihat dari jenisnya, upacara kawalu ini dikenal dalam tiga macam; Kawalu tembeuy (awal) atau kawalu mitembeuy;  Kawalu tengah (pertengahan); dan Kawalu tutug (akhir).

Ngalaksa

Upacara ngalaksa  adalah upacara lanjutan pasca upacara Kawalu atau ngawalu selesai. Bentuk ritual kegiatan upacara ini biasanya di isi dengan kegiatan atau upacara membuat laksa, yakni sejenis makanan adat semacam mie tetapi lebih lebar, atau seperti kuetiaw yang terbuat dari tepung beras. Jenis upacara ini wajib diikuti oleh seluruh masyarakat Baduy. Karena itu, keterlibatan warga sangat dijunjung tinggi pada saat upacara ngalaksa. Keterlibatan seluruh warga Baduy dalam upacara ini karena salah satu kegiatan penting dari acara adat ini adalah dijadikan sebagai tempat perhitungan jumlah jiwa penduduk Baduy atau dalam dunia modern disebut dengan sensus penduduk, termasuk di dalamnya juga dilakukan penghitungan atas jumlah bayi yang baru lahir maupun janin yang masih dalam kandungan. Upacara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol laju perkembangan masyarakat Baduy itu sendiri.

Bagi masyarakat Baduy, dua jenis upacara di atas sangat bernilai sakral. Salah satu bukti ke-sakral-an itu terlihat dari ketatnya aturan yang harus dipatuhi. Seluruh warga Baduy tanpa terkecuali harus mengikuti jenis upacara tersebut dan bagi masyarakat di luar Baduy dilarang untuk menyaksikan, apalagi mengikutinya,  termasuk peneliti.

Seba

Setelah proses upacara ngawalu dan ngalaksa selesai dilakukan, maka upacara lanjutan pun segera dipersiapkan, dan bagi masyarakat Baduy, upacara ketiga ini juga tak kalah pentingnya dengan dua jenis upacara di atas yakni sama-sama bernilai sakral. Jenis upacara pamungkas ini biasanya disebut dengan upacara Seba.

Jika dilihat dari sisi semantik, istilah ”seba“ berasal dari kata ”nyaba“. Dalam Kamus Bahasa Sunda, istilah ini berarti ”menyapa yang mengandung pengertian datang dalam rangka mempersembahkan laksa disertai hasil bumi lainnya kepada penguasa nasional“. Substansi ritual seba  ini sebenarnya adalah kegiatan silaturrahmi pemerintahan adat Baduy kepada pemerintah nasional seperti Camat, Bupati sampai Gubernur.

Masyarakat suku Baduy Banten sampai saat ini sangat memegang teguh tradisi leluhur mereka termasuk ketiga ritual yang bernilai sakral ini biasa dilakukan setiap tahun. Salah satu tujuan dari ketiga tritual tersebut adalah sebagai pengungkapan rasa syukur mereka atas segala anugrah yang diberikan Dewata Agung termasuk di dalamnya adalah hasil panen, serta meminta perlindungan pemerintah nasional agar selalu menjaga dan mempertahankan eksistensi daerah mereka agar tetap aman dan damai sampai kapan pun. 

Seluruh nilai-nilai luhur yang tercermin disetiap ajaran dan peribahasa Baduy tidak ada yang tertulis, karena orang Baduy menyakini lebih dulu cerita daripada tulisan. Oleh karenanya, semua ajaran Baduy tercatat dalam memori para tokoh adat dan sebagian warga sampai kini.

** Jika saudara hendak mengutip sebagian atau seluruh isi tulisan dari blog ini, mohon untuk mencantumkan asal rujukannya (baduybantenheritage.blogspot.com). Terimakasih.


1 komentar: